ナディア 属性
Nadia gitaviska
Senin, 12 November 2012
HUBUNGAN IKATAN KIMIA DENGAN TEORI ATOM NIELS BOHR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atom adalah satuan unit terkecil dari sebuah unsur yang memiliki sifat-sifat dasar tertentu. Setiap atom terdiri dari sebuah inti kecil yang terdiri dari proton dan neutron dan sejumlah elektron pada jarak yang jauh.
Pada tahun 1913 Neils Bohr pertama kali mengajukan teori kuantum untuk atom hidrogen. Model ini merupakan transisi antara model mekanika klasik dan mekanika gelombang. Karena pada prinsip fisika klasik tidak sesuai dengan kemantapan hidrogen atom yang teramati.
Model atom Bohr memperbaiki kelemahan model atom Rutherford. Untuk menutupi kelemahan model atom Rutherford, Bohr mengeluarkan empat postulat. Gagasan Bohr menyatakan bahwa elektron harus mengorbit di sekeliling inti.
Namun demikian, teori atom yang dikemukakan oleh Neils Bohr juga memiliki banyak kelemahan. Model Bohr hanyalah bermanfaat untuk atom-atom yang mengandung satu elektron tetapi tidak untuk atom yang berelektron banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang melatar belakangi tercetusnya model atom Niels Bohr?
2. Bagaimana teori Atom Niels Bohr?
3. Bagaimana hubungan ikatan kimia dengan Niels Bohr?
4. Kelebihan dan Kelemahan teori Atom Niels Bohr?
C. TUJUAN
1. Mengetahui latar belakang tercetusnya model atom Niels Bohr
2. Mengetahui teori Atom Niels Bohr
3. Mengetahui keterkaitan ikatan kimia dengan teori atom Niels Bohr
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori atom Niels Bohr
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Tercetusnya Model Atom Niels Bohr
Dilihat dari kandungan energi elektron, ternyata model atom Rutherford mempunyai kelemahan. Ketika elektron-elektron mengelilingi inti atom, mereka mengalami percepatan terus-menerus, sehingga elektron harus membebaskan energi. Lama kelamaan energi yang dimiliki oleh elektron makin berkurang dan elektron akan tertarik makin dekat ke arah inti, sehingga akhirnya jatuh ke dalam inti. Tetapi pada kenyataannya, seluruh elektron dalam atom tidak pernah jatuh ke inti. Jadi, model atom Rutherford harus disempurnakan. Dua tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1913, seorang dari Denmark yang bernama Niels Henrik David Bohr (1885- 1962) menyempurnakan model atom Rutherford. Model atom yang diajukan Bohr dikenal sebagai model atom Rutherford- Bohr, yang dapat diterangkan sebagai berikut.
1. Elektron-elektron dalam atom hanya dapat melintasi lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit-kulit atau tingkat-tingkat energi, yaitu lintasan di mana elektron berada pada keadaan stationer, artinya tidak memancarkan energi.
2. Kedudukan elektron dalam kulit-kulit, tingkat-tingkat energi dapat disamakan dengan kedudukan seseorang yang berada pada anak-anak tangga. Seseorang hanya dapat berada pada anak tangga pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetapi ia tidak mungkin berada di antara anak tangga-anak tangga tersebut.
B. Teori Atom Niels Bohr
Di dalam fisika atom, model Bohr adalah model atom yang diperkenalkan oleh Niels Bohr pada 1913. Model ini menggambarkan atom sebagai sebuah inti kecil bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bergerak dalam orbit sirkular mengelilingi inti mirip sistem tata surya, tetapi peran gaya gravitasi digantikan oleh gaya elektrostatik. Model ini adalah pengembangan dari model puding prem (1904), model Saturnian (1904), dan model Rutherford (1911). Karena model Bohr adalah pengembangan dari model Rutherford, banyak sumber mengkombinasikan kedua nama dalam penyebutannya menjadi model Rutherford-Bohr.
Pada tahun 1913, Bohr melakukan percobaan yang dikenal dengan percobaan spektra atom hidrogen.
Pendekatan yang dilakukan Bohr adalah sifat dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel dan dapat bersifat sebagai gelombang. Hal ini dibuktikan oleh Bohr dengan melihat spektrum dari atom hidrogen yang dipanaskan. Spektrum yang dihasilkan sangat spesifik hanya cahaya dari frekuensi tertentu. Spektrum yang dihasilkan merupakan gambaran bahwa elektron mengelilingi inti, beberapa spektrum yang dihasilkan mengindikasikan bahwa elektron mengelilingi inti dalam berbagai tingkat energi.
Kunci sukses model ini adalah dalam menjelaskan formula Rydberg mengenai garis-garis emisi spektral atom hidrogen; walaupun formula Rydberg sudah dikenal secara eksperimental, tetapi tidak pernah mendapatkan landasan teoretis sebelum model Bohr diperkenalkan. Tidak hanya karena model Bohr menjelaskan alasan untuk struktur formula Rydberg, ia juga memberikan justifikasi hasil empirisnya dalam hal suku-suku konstanta fisika fundamental.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai sebuah teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama dari atom hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat, dan dengan demikian dapat dianggap sebagai model yang telah usang. Namun demikian, karena kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem tertentu, model Bohr tetap diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.
Model atom Bohr tersebut dapat dianalogkan seperti sebuah tata surya mini. Pada tata surya, planet-planet beredar mengelilingi matahari. Pada atom, elektron-elektron beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap lintasan (orbit) hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom setiap lintasan (kulit) dapat ditempati lebih dari 1 elektron. Dalam model atom Bohr ini dikenal istilah konfigurasi elektron, yaitu susunan elektron pada masing-masing kulit. Data yang digunakan untuk menuliskan konfigurasi elektron adalah nomor atom suatu unsur, di mana nomor atom unsur menyatakan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Sedangkan elektron pada kulit terluar dikenal dengan sebutan elektron valensi. Susunan elektron valensi sangat menentukan sifat-sifat kimia suatu atom dan berperan penting dalam membentuk ikatan dengan atom lain.
Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa patokan yang harus selalu diingat, yaitu:
1. Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing-masing lintasan
disebut kulit ke-1 (kulit K), kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit ke-4 (kulit N), dan seterusnya.
2. Jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati
masing-masing kulit adalah:
Kulit K dapat menampung maksimal 2 elektron.
Kulit L dapat menampung maksimal 8 elektron.
Kulit M dapat menampung maksimal 18 elektron, dan seterusnya.
3. Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimal 8 elektron.
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut :
1. atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron)
2. penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan
3. penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan
Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.
Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1 golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia).
Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia.
Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, yaitu atom Helium).
Periode Unsur Nomor Atom K L M N O P
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet.
C. Hubungan Ikatan Kimia dengan Teori Atom Bohr
Hubungan Teori Atom Niels Bohr dengan Ikatan Kimia terletak pada Konfigurasi electron dan electron valensi. Untuk berikatan kimia, Suatu unsure harus diketahui terlebih dahulu konfigurasi electronnya. Dimana konfigurasi elektron ini yang dicetuskan oleh teori atom Niels Bohr.
Ikatan kimia dibentuk melalui gerakan electron-elektron dikulit terluar atom. Tiap atom memiliki kecenderungan untuk mengisi kulit terluarnya dengan elektron sejumlah yang mampu ia tampung. Jumlah maksimum elektron yang dapat ia tampung oleh kulit terluar atom ialah 8. Untuk melakukan ini, atom menerima elektron dari atom lain demi melengkapkan jumlah elektron kulit terluar menjadi 8, atau jika atom ini memiliki elektron lebih sedikit pada kulit terluar, ia memberikannya pada atom lain, membuat subkulit yang sebelumnya telah dilengkapi didalam orbit terluarnya. Kecenderungan atom untuk saling bertukar elektron menyusun basis yang memicu gaya ikatan kimia yang mereka bentuk diantara mereka. (harun yahya)
Gaya penggerak ini yaitu tujuan atom untuk meningkatkan jumlah elektronnya pada kulit terluar menjadi maksimal, menyebabkan atom membentuk tiga macam ikatan dengan atom lain. Yaitu ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam. Biasanya, ikatan khusus yang dikategorikan sebagai “ikatan lemah” terjadi diantara molekul. Ikatan ini lebih lemah daripada ikatan yang dibentuk oleh atom untuk menjadi molekul, karena molekul membutuhkan struktur yang lebih fleksibel untuk membentuk materi. (harun yahya).
Keterkaitan ikatan kimia dengan teori model atom Neils Bohr terletak pada
1. Konfigurasi elektron
2. Elektron valensi / elektron yang ada pada tiap kulit/kulit terluar yang dibahas oleh Neils Bohr
D. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Atom Bohr
Adapun kelebihan dan kekurangan dari teori atom Bohr yaitu sebagai berikut.
1. Kelebihan
a. Keberhasilan teori Bohr terletak pada kemampuannya untuk meramalkan garis-garis dalam spektrum atom hidrogen
b. Salah satu penemuan adalah sekumpulan garis halus, terutama jika atom-atom yang dieksitasikan diletakkan pada medan magnet
2. Kelemahan
a. Struktur garis halus ini dijelaskan melalui modifikasi teori Bohr tetapi teori ini tidak pernah berhasil memerikan spektrum selain atom hidrogen
b. Belum mampu menjelaskan adanya stuktur halus (fine structure) pada spectrum, yaitu 2 atau lebih garis yang sangat berdekatan
c. Belum dapat menerangkan spektrum atom kompleks
d. Itensitas relatif dari tiap garis spektrum emisi.
e. Efek Zeeman, yaitu terpecahnya garis spektrum bila atom berada dalam medan magnet.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Teori atom Bohr menyatakan bahwa elektron harus mengorbit di sekeliling inti
2. Selama mengelilingi inti atom , elektron tidak kehilangan energi dan berada pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut orbit atau kulit elektron.
3. Elektron dapat berpindah dari satu orbit ke orbit lain dengan cara lompatan kuantum, dan lompatannya selalu melibatkan emisi atau absorpsi kuantum utuh dengan jumlah energi ekuivalen dengan hf atau kelipatannya,tapi tidak pernah ada nilai diantaranya.
4. Keterkaitan ikatan kimia dengan teori model atom Neils Bohr terletak pada Konfigurasi elektron dan Elektron valensi / elektron yang ada pada tiap kulit/kulit terluar yang dibahas oleh Niels Bohr.
B. Saran
Makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami harapkan pembaca tidak menjadikan makalah ini sebagai acuan utama, melainkan tetap mencari sumber lain sebagai referensi. Saran dari pembaca sangat kami harapkan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Romdhoni, 2010, Kimia Lingkungan, http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id
Wikipedia, 2011, Kimia Lingkungan, http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atom adalah satuan unit terkecil dari sebuah unsur yang memiliki sifat-sifat dasar tertentu. Setiap atom terdiri dari sebuah inti kecil yang terdiri dari proton dan neutron dan sejumlah elektron pada jarak yang jauh.
Pada tahun 1913 Neils Bohr pertama kali mengajukan teori kuantum untuk atom hidrogen. Model ini merupakan transisi antara model mekanika klasik dan mekanika gelombang. Karena pada prinsip fisika klasik tidak sesuai dengan kemantapan hidrogen atom yang teramati.
Model atom Bohr memperbaiki kelemahan model atom Rutherford. Untuk menutupi kelemahan model atom Rutherford, Bohr mengeluarkan empat postulat. Gagasan Bohr menyatakan bahwa elektron harus mengorbit di sekeliling inti.
Namun demikian, teori atom yang dikemukakan oleh Neils Bohr juga memiliki banyak kelemahan. Model Bohr hanyalah bermanfaat untuk atom-atom yang mengandung satu elektron tetapi tidak untuk atom yang berelektron banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang melatar belakangi tercetusnya model atom Niels Bohr?
2. Bagaimana teori Atom Niels Bohr?
3. Bagaimana hubungan ikatan kimia dengan Niels Bohr?
4. Kelebihan dan Kelemahan teori Atom Niels Bohr?
C. TUJUAN
1. Mengetahui latar belakang tercetusnya model atom Niels Bohr
2. Mengetahui teori Atom Niels Bohr
3. Mengetahui keterkaitan ikatan kimia dengan teori atom Niels Bohr
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori atom Niels Bohr
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Tercetusnya Model Atom Niels Bohr
Dilihat dari kandungan energi elektron, ternyata model atom Rutherford mempunyai kelemahan. Ketika elektron-elektron mengelilingi inti atom, mereka mengalami percepatan terus-menerus, sehingga elektron harus membebaskan energi. Lama kelamaan energi yang dimiliki oleh elektron makin berkurang dan elektron akan tertarik makin dekat ke arah inti, sehingga akhirnya jatuh ke dalam inti. Tetapi pada kenyataannya, seluruh elektron dalam atom tidak pernah jatuh ke inti. Jadi, model atom Rutherford harus disempurnakan. Dua tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1913, seorang dari Denmark yang bernama Niels Henrik David Bohr (1885- 1962) menyempurnakan model atom Rutherford. Model atom yang diajukan Bohr dikenal sebagai model atom Rutherford- Bohr, yang dapat diterangkan sebagai berikut.
1. Elektron-elektron dalam atom hanya dapat melintasi lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit-kulit atau tingkat-tingkat energi, yaitu lintasan di mana elektron berada pada keadaan stationer, artinya tidak memancarkan energi.
2. Kedudukan elektron dalam kulit-kulit, tingkat-tingkat energi dapat disamakan dengan kedudukan seseorang yang berada pada anak-anak tangga. Seseorang hanya dapat berada pada anak tangga pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetapi ia tidak mungkin berada di antara anak tangga-anak tangga tersebut.
B. Teori Atom Niels Bohr
Di dalam fisika atom, model Bohr adalah model atom yang diperkenalkan oleh Niels Bohr pada 1913. Model ini menggambarkan atom sebagai sebuah inti kecil bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bergerak dalam orbit sirkular mengelilingi inti mirip sistem tata surya, tetapi peran gaya gravitasi digantikan oleh gaya elektrostatik. Model ini adalah pengembangan dari model puding prem (1904), model Saturnian (1904), dan model Rutherford (1911). Karena model Bohr adalah pengembangan dari model Rutherford, banyak sumber mengkombinasikan kedua nama dalam penyebutannya menjadi model Rutherford-Bohr.
Pada tahun 1913, Bohr melakukan percobaan yang dikenal dengan percobaan spektra atom hidrogen.
Pendekatan yang dilakukan Bohr adalah sifat dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel dan dapat bersifat sebagai gelombang. Hal ini dibuktikan oleh Bohr dengan melihat spektrum dari atom hidrogen yang dipanaskan. Spektrum yang dihasilkan sangat spesifik hanya cahaya dari frekuensi tertentu. Spektrum yang dihasilkan merupakan gambaran bahwa elektron mengelilingi inti, beberapa spektrum yang dihasilkan mengindikasikan bahwa elektron mengelilingi inti dalam berbagai tingkat energi.
Kunci sukses model ini adalah dalam menjelaskan formula Rydberg mengenai garis-garis emisi spektral atom hidrogen; walaupun formula Rydberg sudah dikenal secara eksperimental, tetapi tidak pernah mendapatkan landasan teoretis sebelum model Bohr diperkenalkan. Tidak hanya karena model Bohr menjelaskan alasan untuk struktur formula Rydberg, ia juga memberikan justifikasi hasil empirisnya dalam hal suku-suku konstanta fisika fundamental.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai sebuah teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama dari atom hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat, dan dengan demikian dapat dianggap sebagai model yang telah usang. Namun demikian, karena kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem tertentu, model Bohr tetap diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.
Model atom Bohr tersebut dapat dianalogkan seperti sebuah tata surya mini. Pada tata surya, planet-planet beredar mengelilingi matahari. Pada atom, elektron-elektron beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap lintasan (orbit) hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom setiap lintasan (kulit) dapat ditempati lebih dari 1 elektron. Dalam model atom Bohr ini dikenal istilah konfigurasi elektron, yaitu susunan elektron pada masing-masing kulit. Data yang digunakan untuk menuliskan konfigurasi elektron adalah nomor atom suatu unsur, di mana nomor atom unsur menyatakan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Sedangkan elektron pada kulit terluar dikenal dengan sebutan elektron valensi. Susunan elektron valensi sangat menentukan sifat-sifat kimia suatu atom dan berperan penting dalam membentuk ikatan dengan atom lain.
Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa patokan yang harus selalu diingat, yaitu:
1. Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing-masing lintasan
disebut kulit ke-1 (kulit K), kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit ke-4 (kulit N), dan seterusnya.
2. Jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati
masing-masing kulit adalah:
Kulit K dapat menampung maksimal 2 elektron.
Kulit L dapat menampung maksimal 8 elektron.
Kulit M dapat menampung maksimal 18 elektron, dan seterusnya.
3. Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimal 8 elektron.
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut :
1. atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron)
2. penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan
3. penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan
Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.
Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1 golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia).
Maka dari itu, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia.
Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, yaitu atom Helium).
Periode Unsur Nomor Atom K L M N O P
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet.
C. Hubungan Ikatan Kimia dengan Teori Atom Bohr
Hubungan Teori Atom Niels Bohr dengan Ikatan Kimia terletak pada Konfigurasi electron dan electron valensi. Untuk berikatan kimia, Suatu unsure harus diketahui terlebih dahulu konfigurasi electronnya. Dimana konfigurasi elektron ini yang dicetuskan oleh teori atom Niels Bohr.
Ikatan kimia dibentuk melalui gerakan electron-elektron dikulit terluar atom. Tiap atom memiliki kecenderungan untuk mengisi kulit terluarnya dengan elektron sejumlah yang mampu ia tampung. Jumlah maksimum elektron yang dapat ia tampung oleh kulit terluar atom ialah 8. Untuk melakukan ini, atom menerima elektron dari atom lain demi melengkapkan jumlah elektron kulit terluar menjadi 8, atau jika atom ini memiliki elektron lebih sedikit pada kulit terluar, ia memberikannya pada atom lain, membuat subkulit yang sebelumnya telah dilengkapi didalam orbit terluarnya. Kecenderungan atom untuk saling bertukar elektron menyusun basis yang memicu gaya ikatan kimia yang mereka bentuk diantara mereka. (harun yahya)
Gaya penggerak ini yaitu tujuan atom untuk meningkatkan jumlah elektronnya pada kulit terluar menjadi maksimal, menyebabkan atom membentuk tiga macam ikatan dengan atom lain. Yaitu ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam. Biasanya, ikatan khusus yang dikategorikan sebagai “ikatan lemah” terjadi diantara molekul. Ikatan ini lebih lemah daripada ikatan yang dibentuk oleh atom untuk menjadi molekul, karena molekul membutuhkan struktur yang lebih fleksibel untuk membentuk materi. (harun yahya).
Keterkaitan ikatan kimia dengan teori model atom Neils Bohr terletak pada
1. Konfigurasi elektron
2. Elektron valensi / elektron yang ada pada tiap kulit/kulit terluar yang dibahas oleh Neils Bohr
D. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Atom Bohr
Adapun kelebihan dan kekurangan dari teori atom Bohr yaitu sebagai berikut.
1. Kelebihan
a. Keberhasilan teori Bohr terletak pada kemampuannya untuk meramalkan garis-garis dalam spektrum atom hidrogen
b. Salah satu penemuan adalah sekumpulan garis halus, terutama jika atom-atom yang dieksitasikan diletakkan pada medan magnet
2. Kelemahan
a. Struktur garis halus ini dijelaskan melalui modifikasi teori Bohr tetapi teori ini tidak pernah berhasil memerikan spektrum selain atom hidrogen
b. Belum mampu menjelaskan adanya stuktur halus (fine structure) pada spectrum, yaitu 2 atau lebih garis yang sangat berdekatan
c. Belum dapat menerangkan spektrum atom kompleks
d. Itensitas relatif dari tiap garis spektrum emisi.
e. Efek Zeeman, yaitu terpecahnya garis spektrum bila atom berada dalam medan magnet.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Teori atom Bohr menyatakan bahwa elektron harus mengorbit di sekeliling inti
2. Selama mengelilingi inti atom , elektron tidak kehilangan energi dan berada pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut orbit atau kulit elektron.
3. Elektron dapat berpindah dari satu orbit ke orbit lain dengan cara lompatan kuantum, dan lompatannya selalu melibatkan emisi atau absorpsi kuantum utuh dengan jumlah energi ekuivalen dengan hf atau kelipatannya,tapi tidak pernah ada nilai diantaranya.
4. Keterkaitan ikatan kimia dengan teori model atom Neils Bohr terletak pada Konfigurasi elektron dan Elektron valensi / elektron yang ada pada tiap kulit/kulit terluar yang dibahas oleh Niels Bohr.
B. Saran
Makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami harapkan pembaca tidak menjadikan makalah ini sebagai acuan utama, melainkan tetap mencari sumber lain sebagai referensi. Saran dari pembaca sangat kami harapkan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Romdhoni, 2010, Kimia Lingkungan, http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id
Wikipedia, 2011, Kimia Lingkungan, http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_lingkungan
Minggu, 21 Oktober 2012
ekstraksi pewarna alami
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
Nama /NIM : 1. Evy Yunarti Anshar/1005025105
2. Ike Lestari/1005025126
3. Nadiah Husniah/1005025101
4. Sitti Fatimah/1005025127
5. Sri Nurwahyuni/1005025099
Kelompok : Wortel Perlakuan 4
Kelas : Reguler Sore
Program Studi : Pendidikan Kimia
Percobaan ke- : I (satu)
Judul Percobaan : Ekstraksi Pewarna Wortel
Samarinda, Oktober 2012
Mengetahui, Ketua Kelompok
Asisten Praktikum,
....................................... Sri Nurwahyuni
NIM.1005025099
PERCOBAAN I
EKSTRAKSI PEWARNA ALAMI WORTEL
A. TUJUAN
Untuk mengetahui cara membuat pewarna alami dari ekstraksi wortel dengan perbandingan pelarut etanol: asam asetat: air sebesar 4ml: 0.2ml: 2ml
B. DASAR TEORI
Penggunaan zat pewarna pada makanan dan minuman merupakan upaya manusia untuk meningkatkan selera makan. Meskipun bau, rasa dan teksturnya menarik, namun kalau warnanya tidak sesuai dengan warna bahan makanan yang baik, makanan tersebut menjadi tidak menarik.(putri, dkk)
Bahan baku pewarna makanan dan pencelup dapat diperoleh dari bahan baku alami maupun buatan. Bahan baku alami merupakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, ekstraksi sayuran maupun buah-buahan. Sedangkanbahan baku buatan biasanya diperoleh melalui sintesis
Pewarna alami merupakan pewarna (pigmen) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan contohnya karotenoid, klorofil, tannin, dan kuinon. Walaupun terdapat secara alami dalam tumbuhan dan hewan, pewarna alami juga dapat timbul akibat proses pemanasan, penyimpanan atau proses-proses pengolahan pangan yang lain. Jenis-jenis pewarna alami adalah :
1. Karoten
Menghasilkan warna jingga sampai merah. Digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari pepaya, wortel dan lain-lain.
2. Biksin
Memberikan warna kuning mentega sampai kuning buah persik. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis. Biksin sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung, dan salad dressing.
3. Karamel,
Berwarna cokelat gelap hasil dari pemanasan terkontrol molase, hidrolisis (pemecahan) zat pati, dekstrosa, gula pasir, laktosa, sirup malt, dan gula invert. Karamel tediri dari tiga jenis; karamel tahan asam yang digunakan untuk minuman berkarbonat (misalnya soda); karamel cair untuk roti, biskuit, dan cake; serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol.
4. Chocineal,
Diperoleh dari hewan Coccus cacti betina yang dikeringkan (hewan ini hidup pada sejenis kaktus di kepulauan Canary dan Amerika Selatan), bisa memberikan warna merah.
5. Karmin,
Diperoleh dengan cara mengekstraksi asam karminat dan dilapisi alumunium. Biasa digunakan untuk melapisi bahan berprotein, berwarna merah jambu.
6. Klorofil
Menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.
7. Antosianin
Penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga Mawar, Pacar Air, Kembang Sepatu, Bunga Tasbih/Kana, Krisan, Pelargonium, Aster Cina, Dan Buah Apel,Chery, Anggur, Strawberi, juga terdapat pada buah Manggis Dan Umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).
8. Kurkumin
Berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus pemberi warna kuning pada masakan yang kita buat.
Macam – macam bahan yang menghasilkan warna alami
1. Daun Suji
Daun suji bisa dipakai untuk warna hijau. Biasanya daun suji dicampur dengan daun pandan, sehingga juga memberikan aroma harum pada makanan , kue atau minuman Anda. Cara membuatnya, iris halus daun suji dan daun pandan, haluskan dengan cara ditumbuk atau diblender, kemudian saring dan peras, tambahkan air kapur sirih sebagai pengawet, masukkan ke dalam botol tertutup dan simpan di lemari es.
2. Kayu Secang
Manfaatkan batang kayu secang untuk memberi warna merah pada makanan. Cara membuatnya, batang secang yang masih basah serut kemudian keringkan. Serutan batang secang yang telah kering rebus dengan air kemudian saring, campurkan ke dalam adonan atau bahan yang akan diwarnai. Kayu secang bisa diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional.
3. Angkak
Angkak bisa menggantikan warna merah sintetis. Contoh penggunaan angkak untuk pewarna makanan atau minuman diantaranya adalah anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan, minuman beralkohol, aneka macam kue, dan produk olahan daging seperti sosis.Cara menggunakannya adalah diseduh dengan air panas, air seduhan pertama lebih baik dibuang karena rasanya pahit. Setelah seduhan ketiga baru saring lalu haluskan.
4. Bunga Telang
Bunga telang berwarna biru keunguan bisa digunakan sebagai warna alami biru pada makanan. Cara menggunakannya, cuci bersih bunga telang, remas-remas atau tumbuk dengan sedikit air matang, kemudian saring. Atau, rebus bunga telang hingga bunga layu dan airnya berwarna biru, kemudian saring dan ambil airnya. Jika ingin menyimpan untuk waktu yang lama,bunga telang keringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari, kemudian masukkan ke dalam kemasan kering dan tertutup.
5. Kunyit
Untuk mendapatkan warna kuning dari kunyit, parut kunyit hingga halus,kemudian peras atau campurkan langsung ke makanan.
6. Kluwek, Abu Merang, tinta cumi, dan daun pisang kering
Kluwek, abu merang dan tinta cumi serta daun pisang yang sudah kering dapat digunakan sebagai pewarna hitam alami untuk makanan. Misalnya untuk membuat kue yang berwarna hitam,bisa menggunakan abu merang dengan cara abu merang dibakar kemudian diayak, atau kluwak yang berkualitas baik dipecahkan, kemudian ambil daging buahnya, kemudian haluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya. Bisa juga dengan tinta cumi yang dilarutkan dengan air.
7. Rosella
Dari buah rosella yang bisa dipakai kulitnya setelah dihancurkan kemudian disaring, diuapkan, dikeringkan, dan akhirnya terbentuk pigmen berwarna merah.
8. Daun Pandan
Daun pandan bisa menghasilkan warna hijau pada makanan, cara pembuatannya daun pandan cukup diblender sampai hancur lalu disaring atau diremas dengan air secukupnya.
9. Buah Stoberi
Stoberi dapat menghasilkan warna merah pada makanan, cara pembuatannya stoberi cukup diblender sampai hancur lalu disaring atau diremas dengan air secukupnya.
10. Buah Tomat
Tomat dapat menghasilkan warna orange pada makanan, cara pembuatannya tomat yang sudak matang cukup diblender sampai hancur lalu disaring atau diremas dengan air secukupnya.
11. Anggur
Untuk mendapatkan warna ungu, dapat dibuat dari kulit buah anggur yang dihaluskan, dan diperas airnya.
12. Wortel
Untuk mendapatkan warna orange dapat menggunakan sari wortel. Wortel diparut kemudian diperas airnya.
Kelebihan dan kekurangan pewarna alami
a. Kelebihan
1) Aman dikonsumsi
2) Warna lebih menarik
3) Terdapat zat gizi
4) Mudah didapat dari alam.
b. Kekurangan
1) Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan
2) Tidak stabil pada saat proses pemasakan
3) Konsentrasi pigmen rendah
4) Stabilitas pigmen rendah
5) Keseragaman warna kurang baik
6) Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis
7) Susah dalam penggunaannya
8) Pilihan warna sedikit atau terbatas
9) Kurang tahan lama.
Wortel merupakan pewarna alami yang mengandung warna jingga sampai merah karena mengandung karoten, yang biasanya digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Wortel bermanfaat dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah, serta membantu pertahanan tubuh dari resiko kanker, terutama kanker paru-paru, kanker larynk (tenggorokan), esophagus (kerongkongan), prostat, kandung kemih, dan leher rahim. (wanibesak)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Bola Isap
b. Gelas kimia
c. Kain saring
d. Parutan
e. Pemanas listrik
f. Pipet tetes
g. Pipet skala
h. Pisau
i. Sendok
j. Talenan
k. Timbangan
l. Waterbah
2. Bahan
a. Air
b. Asam asetat (cuka)
c. Ethanol 85%
d. Wortel
D. PROSEDUR KERJA
a. Dikupas wortelnya, dicuci lalu ditiriskan.
b. Diparut wortelnya, kemudian ditimbang hasil parutan sebanyak 20 gram.
c. Ditambahkan etanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 4: 0,2: 2
d. Dicampurkan dan diaduk hingga tercampur
e. Dipanaskan selama 5 menit dalam waterbath
f. Dituang campuran tersebut ke dalam botol dan diberi label
E. HASIL PENGAMATAN
Wortel : 20.048 gram
Warna : Orange
pH : 4
Jenis pengekstrak Volume (mL)=Etanol 96%;Asam asetat;Air=4;0.2;2
F. PEMBAHASAN Pembuatan pewarna alami dari wortel dengan menggunakan perbandingan pelarut etanol 96%, asam asetat dan air sebesar 4ml : 0.2ml : 2ml ini menghasilkan warna orange dengan pH 4 yang dilakukan dengan beberapa tahap. Pembuatan pewarna alami ini dilakukan dengan cara ekstraksi yaitu proses pemisahan yang mengikuti dua fase atau merupakan proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dengan kata lain ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk memproduksi konsentrat,ekstrak, absolut atau minyak atsiri dari bunga, daun, biji, akar, dan bagian lain dari tanaman adalah etil asetat, heksan, petroleum eter, benzen, toluen, etanol, isopropanol, aseton, dan juga air. Dalam ektraksi pewarna ini pelarut yang digunakan adalah etanol 96%, asam asetat dan air. Wortel dikupas dan dipotong-potong, pemotongan ini dilakukan karena semakin kecil luas permukaan, maka zat yang terkekstrak akan semakin banyak. Kemudian wortel diparut/ dapat juga diblender agar permukaannya semakin halus. Setelah itu hasil parutan wortel tersebut ditimbang sebesar 20.048 gram. Penimbangan dilakukan setelah proses pemotongan/parut wortel agar tidak terjadi penyusutan filtrat saat diparut. Tahapan selanjutnya, wortel yang sudah ditimbang ditambahkan dengan pelarut etanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 4: 0.2: 2 ml kemudian diaduk hingga tercampur. Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan betakaroten wortel sedangkan penambahan asam asetat(cuka) berguna untuk mencegah proses fermentasi, sehingga sampel tidak mudah rusak. Kemudian ditambahkan air agar wortel tercampur rata dengan ketiga pelarut tersebut lalu disaring, proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan filtrat yang mengandung senyawa hasil ekstraksi wortel dengan residu yang berupa daging wortel, penyaringan dilakukan dengan kain kasa lembut. Hasil penyaringan diperoleh cairan yang berwarna orange dengan aroma menyengat dari asam asetat. Cairan yang telah diperoleh tersebut dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 50oC selama lima menit agar etanol dalam cairan tersebut menguap. Dari hasil ekstraksi tersebut diperoleh pH sebesar 4 untuk perbandingan etanol: asam asetat: air sebesar (4: 0.2: 2) sedangkan untuk perbandingan (2: 0.2: 4) diketahui memiliki pH sebesar 5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah proporsi ethanol dan semakin tinggi proporsi air yang digunakan dapat meningkatkan konsentrasi karoten yang dihasilkan. G. KESIMPULAN Dari percobaan ekstraksi pewarna wortel tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstraksi wortel menghasilkan warna orange 2. Ekstraksi pewarna wortel dengan perbandingan pelarut etanol, asam asetat dan air sebesar ( 4: 0.2: 2) memiliki pH 4 3. pH dan pemanasan mempengaruhi stabilitas karoten pada wortel DAFTAR PUSTAKA Latifah, vyeh., 2011. Industri Pembuatan Bahan Pewarna & Pencelup. Diperoleh dari: http://id.scribd.com/doc/74243779/Makalah-Pemb-bahan-Pewarna diakses pada tanggal: 12-10-2012 Seran, emel., 2011. Pewarna Makanan. Diperoleh dari:http://wanibesak.wordpress.com /2011/06/01/pewarna-makanan/ diakses pada tanggal: 12-10-2012 Winarti, sri, dkk., 2008. Ekstraksi dan Stabilitas Ubi Jalar Ungu sebagai Pewarna Alami. Jurusan teknologi pangan UPN Veteran. Surabaya
F. PEMBAHASAN Pembuatan pewarna alami dari wortel dengan menggunakan perbandingan pelarut etanol 96%, asam asetat dan air sebesar 4ml : 0.2ml : 2ml ini menghasilkan warna orange dengan pH 4 yang dilakukan dengan beberapa tahap. Pembuatan pewarna alami ini dilakukan dengan cara ekstraksi yaitu proses pemisahan yang mengikuti dua fase atau merupakan proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dengan kata lain ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk memproduksi konsentrat,ekstrak, absolut atau minyak atsiri dari bunga, daun, biji, akar, dan bagian lain dari tanaman adalah etil asetat, heksan, petroleum eter, benzen, toluen, etanol, isopropanol, aseton, dan juga air. Dalam ektraksi pewarna ini pelarut yang digunakan adalah etanol 96%, asam asetat dan air. Wortel dikupas dan dipotong-potong, pemotongan ini dilakukan karena semakin kecil luas permukaan, maka zat yang terkekstrak akan semakin banyak. Kemudian wortel diparut/ dapat juga diblender agar permukaannya semakin halus. Setelah itu hasil parutan wortel tersebut ditimbang sebesar 20.048 gram. Penimbangan dilakukan setelah proses pemotongan/parut wortel agar tidak terjadi penyusutan filtrat saat diparut. Tahapan selanjutnya, wortel yang sudah ditimbang ditambahkan dengan pelarut etanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 4: 0.2: 2 ml kemudian diaduk hingga tercampur. Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan betakaroten wortel sedangkan penambahan asam asetat(cuka) berguna untuk mencegah proses fermentasi, sehingga sampel tidak mudah rusak. Kemudian ditambahkan air agar wortel tercampur rata dengan ketiga pelarut tersebut lalu disaring, proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan filtrat yang mengandung senyawa hasil ekstraksi wortel dengan residu yang berupa daging wortel, penyaringan dilakukan dengan kain kasa lembut. Hasil penyaringan diperoleh cairan yang berwarna orange dengan aroma menyengat dari asam asetat. Cairan yang telah diperoleh tersebut dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 50oC selama lima menit agar etanol dalam cairan tersebut menguap. Dari hasil ekstraksi tersebut diperoleh pH sebesar 4 untuk perbandingan etanol: asam asetat: air sebesar (4: 0.2: 2) sedangkan untuk perbandingan (2: 0.2: 4) diketahui memiliki pH sebesar 5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah proporsi ethanol dan semakin tinggi proporsi air yang digunakan dapat meningkatkan konsentrasi karoten yang dihasilkan. G. KESIMPULAN Dari percobaan ekstraksi pewarna wortel tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstraksi wortel menghasilkan warna orange 2. Ekstraksi pewarna wortel dengan perbandingan pelarut etanol, asam asetat dan air sebesar ( 4: 0.2: 2) memiliki pH 4 3. pH dan pemanasan mempengaruhi stabilitas karoten pada wortel DAFTAR PUSTAKA Latifah, vyeh., 2011. Industri Pembuatan Bahan Pewarna & Pencelup. Diperoleh dari: http://id.scribd.com/doc/74243779/Makalah-Pemb-bahan-Pewarna diakses pada tanggal: 12-10-2012 Seran, emel., 2011. Pewarna Makanan. Diperoleh dari:http://wanibesak.wordpress.com /2011/06/01/pewarna-makanan/ diakses pada tanggal: 12-10-2012 Winarti, sri, dkk., 2008. Ekstraksi dan Stabilitas Ubi Jalar Ungu sebagai Pewarna Alami. Jurusan teknologi pangan UPN Veteran. Surabaya
Langganan:
Postingan (Atom)